Selingkuh yang tidak sukses

Semenjak punya notbuk, saya setia menggunakan Ubuntu mulai 7.10 hingga kini 8.10. Ntah kenapa saya tergoda untuk berselingkuh dengan Open Suse 11.1 yang digunakan teman saya. Ketambahan diracuni sejumlah informasi yang menyatakan bahwa saingan utama Ubuntu adalah OpenSuse - dalam soal popularitas, kemudahan pakai dan tampilan - saya memutuskan menjajal OpenSuse 11.1.

Instalasi berjalan mulus tanpa masalah. Tampilan instalasi OpenSuse memang lebih kinclong dari Ubuntu. Ditambah sejumlah kemudahan yang belum ada di Ubuntu, seperti memberi nama (label) pada drive yang kita partisi. Tetapi pada saat dijalankan pertama kali, MINTA AMPUN LEMOTNYAAAAA!!!!! Lah!? Apa yang salah ya? Apa karena memori saya yang baru 512? (maklum susu anak lebih penting dari sekedar sekeping chip memori!) Untuk membuka OpenOffice Writer saja (versi 3.0.0) butuh waktu sekitar 20-30 detik (INI SANGAT LAMA dibanding pada Ubuntu yang sudah menggunakan versi 3.0.1!). Demikian juga untuk membuka atau menjalankan aplikasi-aplikasi lainnya harus menunggu lama (remind me about Vista!!!). Whoa. Bagaimana saya harus menggunakan Linux ini? Perlu saya tambahkan bahwa saya menggunakan Gnome dan bukan KDE. Sewaktu saya dulu menggunakan Kubuntu 8.04, memang agak berat (dibanding Ubuntu yang Gnome) tetapi tetap bisa berjalan normal dan tidak seberat OpenSuse 11.1.

Memang ada beberapa kelebihan tampilan dibanding Ubuntu. Modem saya terdeteksi otomatis dan bisa diseting (pada Ubuntu 8.10 belum bisa). Wifi demikian juga (pada 8.10 masih harus diinstal terpisah walaupun berfungsi dengan baik). Kemudian desktop effect sudah mampu membentuk cube secara default pada saat berganti desktop (pada Ubuntu hanya bergeser saja dan memberi tampilan transparan pada border window). Ubuntu memerlukan sejumlah upgrade baru bisa menampilkan cube. Kemudian pada text-mode OpenSuse lebih 'wah' dengan menampilkan font yang lebih rapi dengan warna-warni, sedang pada Ubuntu tidak. Namun apabila semua itu menuntut memori yang sangat besar, maka OpenSuse 11.1 bukanlah sistem operasi untuk saya.

Kesimpulannya, saya tidak menganggap Bunglon Hijau ini jelek. Hanya saja mesin saya tidak sanggup menjalankannya, serta saya sendiri tidak akrab dengan aplikasinya (Yast, dan sebagainya). Akhirnya saya instal lagi Intrepid Ibex andalan saya, plus theme Ubuntu Studio dan Ubuntu Muslim Edition, and everything's back to normal...

Postingan populer dari blog ini

Riwayat Acer Aspire 5315 dengan Ubuntu

Sabily Gaza 9.10

Nge-cek RAM (tipe, speed, dll.)